Friday, 6 February 2015

Sistem Jaringan Sony Pictures Lumpuh Karena Serangan Hacker

Buntut Film “The Interview”, Sistem Jaringan Sony Pictures Lumpuh Karena Serangan Hacker

Seperti diketahui, sistem jaringan komputer divisi film dan TV Sony Corp, Sony Pictures Entertainment, di-hack dan setidaknya ada lima film baru yang belum dirilis tersebar secara secara online dan bebas (ilegal). Para hacker mengaku telah memperoleh semua data internal perusahaan, termasuk yang bersifat penting atau rahasia bagi perusahaan.
Para hacker yang diketahui sebagai “Guardians of Peace”  atau #GOP dan dicurigai didukung secara tidak langsung oleh pemerintah Korea Utara tersebut menebar peringatan bahwa mereka akan merilis data-data milik Sony tersebut ke publik jika tuntutan mereka yang masih belum jelas disebutkan tersebut tidak dipenuhi.
 
Sejauh ini salah satu dampak komersial yang pasti bagi Sony adalah kerugian akibat bocornya lima film berkualitas DVD, antara lain “Fury”, “Annie”, “Still Alice”, “Mr. Turner”, dan “To Write Love on Her Arms”. Berdasarkan studi Carnegie Mellon pada tahun 2011 lalu, bocornya film yang belum dirilis dapat mengurangi peluang film tersebut dalam jajaran “Box Office Movie” hingga sebesar 19%.
 
Indikasi keterlibatan Korea Utara dalam masalah serangan cyber ini masuk akal. Apalagi jika dirunut sejak pihak Korea Utara, melalui Ja Song Nam (Duta Besar Korea Utara untuk PBB), mengirimkan surat protesnya ke kepada Ban Ki-moon (SekJen PBB). Intinya suratnya, mereka menuduh Amerika Serikat secara terang-terangan mendalangi terorisme dan peperangan dengan mengedarkan film "The Interview" yang dibintangi James Franco dan Seth Rogen tersebut.
 
Film “The Interview” yang rencananya dirilis Sony di masa-masa libur panjang Natal tahun ini mengisahkan jurnalis TV yang ditugaskan oleh CIA (dinas rahasia AS) untuk membunuh pemimpin Korea Utara yaitu, Kim Jong-un. Meskipun filmnya bertema komedi aksi, Sony yang memproduksi film tersebut dianggap harus bertanggung jawab di mata Korea Utara.
 
Kurang lebih sepekan setelah kasus hack yang menimpa Sony, FBI pun angkat bicara dan menganggap persoalan ini bukan lagi masalah Sony semata. Ini dibuktikan langsung dengan peringatan FBI (Federal Bureau of Investigation) terhadap berbagai perusahaan lain di AS untuk juga berhati-hati terhadap serangan canggih di dunia maya tersebut.
 
Dalam peringatan yang dilansir dari Reuters, FBI menjelaskan secara teknis tingkat kecanggihan dari perangkat lunak yang sukses menembus jaringan Sony Pictures Entertainment. FBI bahkan meminta perusahaan untuk sesegera mungkin menghubungi FBI jika mereka mencium tanda-tanda yang sama seperti serangan ke website Sony.
 
Menurut FBI, malware yang digunakan untuk menyerang Sony bisa berujung ke perusakan data-data di hard disk dan merusak mekanisme boot-up pada sistem. Menurut pakar sekuriti yang diminta komentarnya yang dilansir dari Reuters, perubahan yang terjadi data akan sukar bahkan mustahil diperbaiki dan dilacak dengan metode forensik standar.
 
Pakar sekuriti itu pun menambahkan bahwa berdasarkan deskripsi FBI, malware yang digunakan untuk melakukan serangan cyber ini sangat berpotensi untuk disalahgunakan jika sampai di tangan pihak-pihak tertentu. Misalnya, jika digunakan oleh negara-negara lain di dunia unutk kepentingan misi geopolitiknya.
 
Sony Pictures sejauh ini diketahui telah melakukan melakukan usaha-usaha untuk menetralisir dampak serangan tersebut dan bersiap-siap jika ada serangan berikutnya. Salah satunya dalah mempekerjakan Unit forensik Mandiant dari FireEye, Inc. Seefektif apa unit ini melindungi Sony, menarik untuk diamati mengingat Sony bukan kali pertama ini saja menjadi target serangan cyber.


sumber: chip
Load disqus comments

0 comments